Khutbah Jumat: Hanya Allah Yang Mampu Menolak Mudharat
Khutbah Jumat: Hanya Allah Yang Mampu Menolak Mudharat ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 11 Jumadil Akhir 1443 H / 14 Januari 2022 M.
Khutbah Pertama Hanya Allah Yang Mampu Menolak Mudharat
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ…
“Apabila kamu ditimpa mudharat, tidak ada yang bisa menghilangkannya kecuali Allah saja.” (QS. Yunus[10]: 107)
Sebuah keyakinan yang Allah tanamkan kepada Rasulullah, demikian pula kepada umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, aqidah tauhid. Yaitu bahwasanya tidak ada yang bisa menghilangkan mudharat, baik itu kesialan, ataupun kesakitan, ataupun musibah dan bencana ataupun bala kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Hanya Allah yang mampu menghilangkan itu semuanya.
Maka kewajiban seorang hamba ketika ditimpa musibah adalah dia kembali kepada Allah. Dan kewajiban seorang hamba agar ia tidak ditimpa musibah adalah dia senantiasa berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara kesyirikan adalah ketika seseorang meminta perlindungan kepada selain Allah atau menjadikan sesuatu untuk melindungi diri mereka dari bala akan menimpa mereka.
Di negeri kita, kita dapati mereka-mereka yang memasang sesajen misalnya. Mereka menganggap bahwasanya sesajen itu bisa menolak bala, bisa menghindarkan berbagai macam musibah yang akan menimpa. Padahal Subhanallah, sesajen itu hakekatnya persembahan kepada para Jin. Padahal hakekatnya itu adalah memohon perlindungan kepada para Jin. Itu bukan sama sekali menolak bala, karena sesungguhnya sesajen sendiri tidak bisa menolak bala. Bahkan dirinya sendiri tidak bisa menolak orang yang hendak membuangnya. Apabila sesajennya saja tidak bisa melakukan apa-apa, bagaimana hendak menolak balak yang lebih besar dari itu?
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan dalam Al-Qur’an:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ…
“Apabila kamu ditimpa mudharat (berupa kesialan, penyakit, bala, musibah), tidak ada yang bisa mengangkatnya kecuali Allah saja…” (QS. Yunus[10]: 107)
Dahulu kaum musyrikin Quraisy,
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
“Maka apabila mereka berlayar di lautan dan ditimpa ombak yang besar, mereka hanya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja, mereka tinggalkan tuhan-tuhan yang mereka sembah, mereka tinggalkan Latta, ‘Uzza, Manat, dan Hubal, dan mereka hanya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Namun ketika Allah selamatkan mereka ke daratan, ternyata mereka kembali berbuat syirik.” (QS. Al-Ankabut[29]: 65)
Sementara dizaman sekarang, sebagian orangnya mengaku dirinya muslim, mereka membuat sesajen baik senang maupun susah. Demikian pula ketika ditimpa musibah dan bala serta bencana, semakin mereka mempersembahkan kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dia mengaku dirinya seorang muslim.
Berapa banyak di negeri kita orang-orang seperti itu. Katanya itu semuanya untuk menolak bala, padahal tidak ada yang bisa menolak bala kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara mereka ada yang mempersembahkan kepala kambing, di antara mereka ada yang mempersembahkan kepala kerbau, padahal kambing yang menciptakan adalah Allah, kerbau yang menciptakan adalah Allah, sapi yang menciptakan adalah Allah. Lalu kenapa dipersembahkan kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla?
Sungguh demi Allah, itulah kesyirikan yang tidak pernah Allah ampuni seseorang yang apabila mati diatasnya. Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ…
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni dosa yang lebih rendah dari kesyirikan…” (QS. An-Nisa[4]: 48)
Maka kewajiban kita meyakini seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang bisa memberikan manfaat, tidak pula ada yang bisa menolak bala, tidak pula ada orang yang bisa menolak bencana kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala saja. Sehingga tawakal kita hanya kepada Allah, kita pun meminta hanya kepada Allah, bukan kepada selain Allah ‘Azza wa Jalla.
Gunung dan lautan tidak membutuhkan sedekah
Gunung-gunung tidak membutuhkan makanan, lautan tidak membutuhkan makanan. Lautan itu adalah Allah yang menciptakannya dan telah Allah berikan kekayaan di dalamnya. Gunung-gunung pun telah Allah berikan kekayaan padanya. Mereka tidak butuh makanan dan minuman.
Di antara mereka ada yang berkata “Ini untuk arwah leluhur kita.” Sesungguhnya Allah telah membantah pendapat tersebut. Sesungguhnya Allah telah mengabarkan dalam Al-Qur’an, bahwasanya roh leluhur kita di alam barzakh, mereka tidak akan bisa kembali kepada kehidupan dunia. Allah berfirman:
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ﴿٩٩﴾ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا…
“Apabila telah datang kematian kepada mereka, mereka berkata: ‘Ya Rabb, kembalikan aku ke dunia supaya aku bisa beramal shalih.’ Allah berfirman: ‘Tidak, sekali-kali tidak,`” (QS. Al-Mu’minun[23]: 99-100)
Mereka di alam barzakh tidak akan bisa kembali ke alam dunia. Siapa yang mengatakan bahwa arwah orang yang sudah meninggal dunia kembali kepada kehidupan dunia, sungguh ia telah berkata tanpa ilmu. Larena Allah-lah pencipta arwah dan Allah yang Maha Tahu dimana arwah itu berada setelah mereka meninggal dunia.
Kewajiban kita mentauhidkan Allah
Kewajiban kita tauhidkan Allah, jauhkan kesyirikan, benar-benar kita hanya beribadah kepada Allah. Karena untuk itulah Allah ciptakan kita. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya beribadah kepadaKu saja.” (QS. Adz-Dzariyat[51]: 56)
Semua kita akan dikembalikan kepada Allah, semua kita akan dibangkitkan oleh Allah, semua kita akan dihisab oleh Allah. Kita tidak akan dibangkitkan oleh nenek moyang kita, kita tidak akan dihisab oleh nenek moyang kita, bahkan nenek moyang kita pun akan dibangkitkan oleh Allah dan akan ditanya oleh Allah tentang amal-amal mereka.
Kewajiban kita adalah menjadi hamba Allah yang sesungguhnya, yang menghambakan diri kita kepada pencipta kita bahkan pencipta langit dan bumi, yang memberikan rezeki kepada kita, yaitu Allah ‘Azza wa Jalla.
Itulah agama, itulah keyakinan, itulah aqidah yang dibawa oleh seluruh Nabi dan Rasul. Allah berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ…
“Sungguh telah Kami utus pada setiap umat itu Rasul untuk menyerukan: ‘Hendaklah kalian beribadah kepada Allah saja dan jauhi para Thaghut.`” (QS. An-Nahl[16]: 36)
Thaghut yaitu semua yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khutbah kedua: Hanya Allah Yang Mampu Menolak Mudharat
Sesungguhnya siapapun yang mati diatas kesyirikan, sesungguhnya Allah takkan pernah mengampuni dosanya selama-lamanya, ia kekal dalam api neraka, Allah haramkan surga untuk dia. Allah berfirman:
إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
“Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah haramkan surga atasnya dan tempatnya adalah neraka jahannam. Dan orang-orang yang dzalim (yaitu orang yang musyrik) itu tidak akan pernah ditolong oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Al-Maidah[5]: 72)
Hakikat kesyirikan
Sungguh saudaraku, kesyirikan itu hakekatnya menghina Allah. Karena hakikat kesyirikan menyamakan selain Allah dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal selain Allah adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah, yang membutuhkan karunia Allah, yang lemah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Lalu kemudian hendak disampaikan oleh dengan Allah Pencipta langit dan bumi yang Maha Sempurna? Sungguh ini penghinaan yang besar terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hakikat kesyirikannya itu menjadikan sesuatu yang tidak berhak disembah untuk disembah. Padahal itu adalah makhluk yang tidak berhak disembah. Maka kewajiban kita saudaraku, meyakini bahwasanya yang berhak disembah hanyalah Allah ‘Azza wa Jalla. Dan tidak sempurna kecuali dengan kufur kepada semua yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah berfirman:
فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَ
“Siapa yang kafir kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, sungguh ia telah berpegang kepada tali yang kuat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 256)
Kesyirikan sumber malapetaka
Maka waspadalah dari kesyirikan, saudaraku. Karena ia adalah sumber datangnya malapetaka. Justru sumber datangnya bencana/bala adalah kesyirikan. Karena sesungguhnya gunung-gunung pun tidak ridha Allah disekutukan, langit dan bumi pun tidak ridha Allah disekutukan. Allah berfirman:
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾ أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا ﴿٩١﴾ وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ﴿٩٢﴾
“Hampir-hampir langit pecah, bumi belah dan gunung-gunung hancur akibat ucapan mereka yang mengatakan Allah mengambil anak. Dan tidak layak Allah untuk mengambil anak (karena Allah tidak membutuhkan anak).” (QS. Maryam[19]: 92)
Allah berfirman:
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾
“Allah tidak melahirkan dan tidak dilahirkan. Dan tidak ada sesuatupun yang sebanding dengan Allah.” (QS. Al-Ikhlas[112]: 3-4)
Download mp3 Khutbah Hanya Allah Yang Mampu Menolak Mudharat
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Hanya Allah Yang Mampu Menolak Mudharat” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51299-khutbah-jumat-hanya-allah-yang-mampu-menolak-mudharat/